Friday 22 May 2015

Hubungan Faktor Paritas dan Anemia pada Ibu Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care





ABSTRAK




Kunjungan Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, sehingga dapat membagi agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan nifas dengan baik dan selamat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara faktor paritas dan anemia pada ibu hamil terhadap keteraturan kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Variabel yang diteliti adalah paritas dan anemia pada ibu hamil yang melakukan kunjungan Antenatal Care. Indikator dari paritas yaitu primipara dan multipara dan anemia ibu hamil yang memiliki salah satu gejala klinis anemia berupa conjungtiva mata pucat, mukosa, bibir pucat, mata berkunang-kunang, badan lemah, sedang kunjungan Antenatal Care adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan Antenatal Care.
Desain dalam penelitian ini deskriptif analitik, sedangkan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Untuk menganalisis data penelitian ini menggunakan chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara faktor paritas dan kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. 





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dan tujuan pembangunan nasional (Depkes RI, 1999).
Keberhasilan suatu negara dapat dilihat dari indikator angka kematian ibu (AKI), sampai saat ini AKI di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 334/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 1997). Penyebab masih tingginya AKI di Indonesia menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1994) yaitu karena perdarahan (45,2 %), preeklamsi (12,9 %), infeksi (9,61), abortus (11,1 %), partus lama (6,5 %). Target yang ingin dicapai 2010 adalah menurunnya AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2000), hal ini merupakan tantangan dari berbagai pihak dalam upaya menurunkan AKI di Indonesia.
Tingginya angka kejadian di atas perlu dapatkan perhatian dari tenaga kesehatan terutama Propinsi Bengkulu untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan masa nifas.
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang professional untuk ibu yang sedang dalam masa kehamilan yang sesuai dengan standar pelayanan antenatal care (7T) yaitu timbang berat badan (BB), ukur   tekanan darah (TD), ukur tinggi fundus uteri (TFU), imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap, pemberian tablet zat besi (SF) dan tes terhadap penyakit menular dan diakhiri dengan temu wicara dalam rangka persiapan perujukan (Sarwono, 2001). Pelayanan antenatal minimal 4 kali kunjungan selama hamil, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Hal ini bertujuan untuk mengawasi dan menilai apakah tumbuh kembang janin dalam kandungan berlangsung normal dan apakah kehamilan termasuk beresiko tinggi khususnya seperti anemia, kurang gizi dan hipertensi serta memberikan pelayanan imunisasi TT. Idealnya ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sebanyak 12 sampai 13 kali yaitu: 1 kali pada setiap bulan pada trimester I dan II, pada umur kehamilan 28 sampai 32 minggu dua kali dalam sebulan dan 4 kali kunjungan pada umur kehamilan 36 minggu (Warsono, 1999).
Upaya pemantauan pelayanan antenatal dewasa ini digunakan indikator cakupan layanan yaitu K1 (kunjungan pertama kali ibu hamil) dan K4 (kunjungan keempat kali ibu hamil). Guna mendapat pelayanan antenatal dengan standar yang telah ditetapkan. Target nasional yang harus dicapai K1 adalah 90% dan K4 85%. Menurut Profil Kesehatan Bengkulu (2005) jumlah cakupan K1 Kota Bengkulu yaitu 723 (48,01%) dan K4 berjumlah 623 (4,37 %).
Menurut hasil penelitian Sadik (1996), bahwa responden yang mempunyai anak kurang dari 3 pemeriksaannya lebih baik dari ibu yang mempunyai anak lebih dari 3 orang. Sedangkan menurut Kodim (1999), ibu dengan kehamilan paritas 4 atau lebih cenderung memeriksakan kehamilan kurang teratur bila dibandingkan ibu yang mempunyai paritas kurang dari 3.
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan khususnya pelayanan kebidanan di suatu negara dapat dilihat dari rendahnya angka kematian ibu dan perinatal (Depkes RI, 2000). Saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di Indonesia masih sangat tinggi yaitu AKI 334 orang/100.000 kelahiran hidup, target yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah menurunkan AKI menjadi 125 orang/100.000 kelahiran hidup dan AKB  16 orang/1000 kelahiran hidup (Prawiharjo S. 2002).
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan primer dapat dicapai melalui ANC, salah satunya pelayanan komprehensig asuhan ANC pada ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan ibu dan janin secara berkala. Pemeriksaan ANC sebaliknya dilakukan paling sedikit  4 kali kunjungan selama kehamilan yaitu kunjungan pertama (KI) satu kali pada trimester I (sebelum umur kehamilan 14 minggu), kunjungan kedua (KII) 1 kali trimester II (umur 14-28 minggu), dua kali selama trimester III (antara umur kehamilan 28-36 minggu dan sesudah 36 umur kehamilan) (Saifuddin, 2001).
Berdasarkan survey awal dari Puskesmas Sawah Lebar, data dari bulan Januari 2006, jumlah ibu hamilnya sebanyak 60 orang dan jumlah ibu hamil yang terdapat mengalami Anemia pada K1 sebanyak 23 orang (38,33%), sedangkan bumil anemia pada K4 sebanyak 16 orang (26,66%) dan ibu hamil yang mengalami anemia pada umumnya paritasnya lebih dari satu kali.
Pemeriksaan Antenatal care tersedia di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu dan pada setiap kunjungan Antenatal care di Puskesmas ibu hamil diberikan tablet Fe untuk mengatasi anemia ibu hamil yang diberikan cukup dan gratis untuk selama kehamilannya, walaupun demikian hal ini dan hal-hal lain mengenai pentingnya Antenatal care belum merupakan daya tarik untuk ibu hamil memeriksakan kehamilannya di puskesmas karena target cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Sawah Lebar jauh dari yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan paritas ibu hamil dengan keteraturan kunjungan Antenatal care di Puskesmas Sawah Lebar tahun 2006.

1.2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: Apakah ada hubungan Paritas Ibu Hamil dengan keteraturan kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.

1.3.   Tujuan Penelitian
1.3.1.      Tujuan Umum
Untuk mempelajari hubungan paritas ibu hamil dengan keteraturan kunjungan antenatal care.
1.3.2.      Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui paritas ibu hamil di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.
2.      Untuk mengetahui keteraturan kunjungan antenatal care pada ibu hamil di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.
3.      Untuk mengetahui hubungan paritas ibu hamil dengan keteraturan kunjungan antenatal care di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.

1.4.   Manfaat Penelitian
1.4.1.      Manfaat Bagi Peneliti
1.      Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama masalah ibu hamil sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2.      Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan ilmiah dan literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan keteraturan kunjungan antenatal care pada ibu hamil.
1.4.2.      Manfaat Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan program pelayanan antenatal care di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.


 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Pengertian Kehamilan
Menurut Sulaiman, S. (1983) pengertian kehamilan yaitu masa yang dimulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan persalinan (Manuaba, 1998) kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan, Ibrahim (1996) kehamilan adalah suatu keadaan dimana seorang wanita mengandung suatu sel telur yang telah dibuahi sperma.
2.1.1.      Konsep Antenatal Care (ANC)
Menurut Depkes RI (1993) antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, sehingga dapat menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi dengan sehat.
Menurut Depkes RI (2002) pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) yang mempunyai tugas untuk memeriksakan kehamilan dan konseling kepada ibu hamil serta keluarganya agar dapat melalui kehamilan dengan sehat dan selamat.
Standar pelayanan ANC 7T yaitu meliputi timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet zat besi, tes penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
2.1.2.      Tujuan Antenatal Care
Menurut Manuaba (1998) tujuan antenatal care adalah:
a.       Mengenal dan menangani sedini mungkin penyakit yang terdapat saat kehamilan, saat kehamilan, saat persalinan dan kala nifas.
b.      Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan kala nifas.
c.       Memberi nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
d.      Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
e.       Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
f.       Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.
2.1.3.      Manfaat Pemeriksaan Kehamilan
Adapun manfaat dari pemeriksaan kehamilan adalah:
a.       Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang dijumpai dalam kehamilan persalinan dan nifas.
b.      Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
c.       Memberi nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari keluarga berencana, kehamilan, persalinan dan laktasi.
2.1.4.      Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Untuk jadwal pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan (Depkes RI 2002).
a.       Satu kali pada triwulan pertama (0-14 minggu).
b.      Satu kali pada triwulan kedua (14-28 minggu).
c.       Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu ke 28-36 dan sesudah minggu ke 36 ).
Menurut Sarwono P (1999) adapun kunjungan tersebut yaitu:
a.       Pemeriksaan pertama
Sungguh amat ideal bila tiap wanita mau memeriksakan dirinya ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Keuntungan bahwa kelahiran yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut dapat segera diketahui sebelum berpengaruh tidak baik pada/ terhadap kehamilan.
b.      Selama trimester I dan II dilakukan satu kali tiap bulannya.
c.       Selama trimester III dilakukan satu kali setiap bulannya.
d.      Dan untuk kehamilan di atas 36 minggu periksa ulang setiap minggu.
e.       Periksa khusus bila terdapat keluhan tentang kehamilan baik itu selama trimester I, II, ataupun III.
2.1.5.      Dampak atau Akibat Ibu Tidak Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Secara Teratur
Menurut Sarwono. P (1999) dampak atau akibat ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur adalah :
1.   Tidak dapat diketahui kelainan-kelainan pada ibu dan janin.
2.   Tidak dapat diketahui faktor-faktor resiko yang mungkin terjadi pada ibu.
3.   Tidak dapat mendeteksi secara dini penyakit yang ada pada ibu selama hamil.
2.1.6.      Nasehat bagi ibu hamil
Menurut Manuaba (1998) kepada ibu hamil dapat diberikan nasehat untuk memelihara kesehatan selama hamil yaitu:
1.       Diet Ibu Hamil
Pada dasarnya dianjurkan makanan empat sehat lima sempurna, karena kebutuhan akan protein dan bahan makanan tinggi, dianjurkan tambahan sebuah telur sehari. Nilai gizi dapat ditentukan, dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kilogram selama hamil. Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapat perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½ kg/minggu.
2.       Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rutin dapat dilaksanakan, bekerjalah sesuai dengan kemampuan dan makin dikurangi dengan semakin tua kehamilan.
3.       Wanita pekerja di luar rumah
Partisipasi wanita dalam pembangunan makin besar, sehingga banyak wanita karier, kehamilan bukanlah merupakan halangan untuk berkarya asalkan dikerjakan dengan pengertian sedang hamil. Wanita karier yang hamil mendapat hak cuti hamil selama tiga bulan, yang dapat diambil sebulan menjelang kelahiran dan dua bulan setelah persalinan. Selama hamil perhatian hal-hal yang dapat membahayakan kelangsungan hamil, dan segera memeriksakan diri.
4.       Hubungan seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila :
a.       Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas.
b.      Terjadi perdarahan saat hubungan seksual
c.       Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
d.      Hentikan hubungan seksual pada mereka yang sering mengalami gugur kandungan persalinan sebelum waktunya, mengalami kematian dalam kandungan, sekitar dua minggu menjelang persalingan.
5.       Olahraga saat hamil
Pelaksanaan olahraga saat hamil, merupakan masalah kontroversi dengan pengertian perlu dipertimbangkan. Olah raga mutlak dikurangi bila dijumpai :
a.       Sering mengalami keguguran
b.      Persalinan belum cukup bulan
c.       Pada mereka yang mempunyai sejarah persalinan sulit.
d.      Pada kasus infertilitas
e.       Umur saat hamil relatif tua (primi tua)
f.       Hamil dengan perdarahan dan pengeluaran cairan.
Yang banyak dianjurkan adalah jalan-jalan waktu pagi hari untuk ketenangan dan mendapatkan udara segar.
6.       Pakaian hamil
Pakaian hamil yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar dan terbuat dari katun sehingga mempunyai kemampuan menyerap, terutama pakaian dalam. Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara yang makin berkembang. Pakaian dalam sering diganti untuk menjaga kebersihan dan menghalangi suasana lembab di sekitar pelipatan.
7.       Pemeliharaan payudara
Payudara yang dipersiapkan untuk dapat memberikan laktasi, perlu perhatian yang seksama. Dengan pakaian dalam (BH) yang longgar, maka perkembangan payudara tidak terhalang. Puting susu penting diperhatikan agar tetap bersih. Puting susu perlu ditarik-tarik sehingga menonjol dan memudahkan untuk memberikan ASI. Puting susu yang terlalu masuk dikeluarkan dengan jalan operasi atau dengan pompa susu.
8.       Pengawasan gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan emesis-hiperemis gravidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi sat hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.
9.       Jadwal istirahat dan tidur
Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin.
10.   Pemberian obat-obatan
Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu memperhatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin. Pengaruh obat terhadap janin dapat digolongkan sebagai berikut :
a.       Obat yang tergolong tidak boleh diberikan saat hamil.
b.      Obat yang dapat diberikan saat hamil dengan keamanan terbatas umpamanya aman bila diberikan setelah hamil trimester kedua.
c.       Obat yang aman diberikan, tetapi tidak ada keterangan tertulis yang lengkap pada perpustakaan.
d.      Obat atau bahan kimia yang pemberiannya saat hamil memerlukan pertimbangan yang seksama.
e.       Obat atau bahan kimia yang aman bila diberikan pada kehamilan, yaitu vitamin khusus untuk ibu hamil.
11.   Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik.
Ketiga kebiasaan ini secara langsung dampak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dan menimbulkan kelahiran dengan berat badan rendah bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.
12.   Keadaan darurat pada kehamilan
Keadaan darurat saat hamil yang mengharuskan ibu hamil untuk memeriksakan diri adalah :
a.       Berkaitan dengan janin
1)      Badan panas disertai tanda infeksi lainnya.
2)      Gerak janin terasa berkurang atau menghilang.
3)      Perut terasa semakin kecil
b.      Berkaitan dengan keadaan ibu
1)      Mual muntah berlebihan
2)      Terjadi pengeluaran abnormal = cairan mendadak, lendir apalagi bercampur darah, pendarahan.
3)      Tanda subjektif gestosis = sakit kepala; pemandangan kabur ; nyeri pada epigastrium / ulu hati ; pembengkakan tangan, muka, kelopak mata dan kaki ; air seni berkurang.
4)      Sakit perut mendadak
5)      Terjadi tanda-tanda inpartu = perut sakit disertai pengeluaran.
13.   Imunisasi
Vaksinasi dengan toksoid tetanus dianjurkan untuk dapat menurunkan angka kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama hamil

2.2.   Konsep Keteraturan dan Kunjungan
2.2.1.      Pengertian Keteraturan
Pengertian keteraturan adalah kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua). Sedangkan kunjungan ANC adalah frekuensi jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan yang tercatat di register ANC                (Dinkes, 1992).
2.2.2.      Pengertian Kunjungan Antenatal Care
Menurut Saifudin, kunjungan antenatal care sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan selama kehamilan.
a.       Kunjungan pertama (KI) satu kali pada trimester pertama (mulai terlambat haid sampai umur kehamilan 14 minggu).
b.      Kunjungan kedua (KII) satu kali pada trimester kedua (antara minggu ke 14-28).
c.       Kunjungan ketiga (KIII) satu kali pada trimester ketiga (antara minggu ke 28-36).
d.      Kunjungan keempat (KIV) satu kali pada trimester ketiga (36 minggu lahir).

2.2.3.      Jadwal Kunjungan Ulangan
Menurut Sarwono (2002), jadwal kunjungan ulang ANC adalah :
a.       Kunjungan kesatu (KI): mulai terlambat haid sampai dengan umur kehamilan 14 minggu dilakukan untuk:
-    Penapisan dan pengobatan anemia
-    Perencanaan persalinan
-    Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.
b.      Kunjungan (KII): antara minggu ke 14-28 minggu dilakukan untuk:
-    Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
-    Penapisan preeklamsi, gameli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.
-    Mengulang perencanaan persalinan.
c.       Kunjungan (KIII): antara minggu ke 28-36 minggu dilakukan untuk:
-    Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
-    Penapisan preeklamsi, gameli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.
-    Mengulang perencanaan persalinan.
d.      Kunjungan (KIV): 36 minggu sampai lahir dilakukan untuk:
-    Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
-    Penapisan preeklamsi, gameli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.
-    Mengulang perencanaan persalinan.
-    Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
-    Memantapkan rencana persalinan
-    Mengenal tanda-tanda persalinan.
e.       Pelayanan/asuhan standar minimal 7 T
Menurut Sarwono, 2001 pelayanan asuhan standar minimal “7T” terdiri dari:
1.      Timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, dan LILA yang dapat dimanfaat untuk menilai status gizi ibu.
2.      Ukur tekanan darah
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih 140/90 mmHg, bila tekanan darah meningkat yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan diastolic 15 mmHg, atau lebih, harus dicurigai adanya gejala preeklamsi.
3.      Ukur fundus uteri
Sesudah kehamilan lebih dari 24 minggu TFU diukur dengan menggunakan meteran kain untuk memperkirakan pertumbuhan janin.
4.      Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap jadwal pemberian imunisasi TT :
Jenis
Waktu Pemberian
Lama Perlindungan
% Perlindungan
TT1
Pada kunjungan ante natal
-
-
TT2
4 minggu setelah TT1
3 tahun
80%
TT3
6 bulan setelah TT2
5 tahun
95%
TT4
1 tahun setelah TT3
10 tahun
95%
TT5
1 tahun setelah TT4
25 tahun
99%
Keterangan :
Artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang akan dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum)
5.     Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil yaitu :
Pemberian vitamin zat besi dimulai dengan memberi satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet Fe mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dari asam folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet, tablet Fe sebaiknya diminum sebelum tidur atau tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan.
6.      Test terhadap penyakit menular seksual : dilakukan untuk mewaspadai bila kemungkinan hal itu dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan.
7.      Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan : berikan pada ibu dan keluarga, ini dilakukan untuk persiapan bila ibu tersebut perlu mendapat pertolongan oleh petugas kesehatan secara cepat.
2.2.4.     Hal-Hal Yang Dilakukan Selama Pemeriksaan Kehamilan
1.      Anamnesa
Menurut Depkes (2002) anamnesa bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan dan keluhan yang dirasakan oleh ibu dan sebaiknya dilakukan pada kunjungan pertama.
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Pemeriksaan Umum
1)      Keadaan umum ibu dan kesadaran.
2)      Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan suhu dan BB, tinggi badan LILA, Hb.



b.      Pemeriksaan khusus obstetric
1)      Infeksi
Pemeriksaan secara infeksi yang perlu dilakukan yaitu muka, leher, dada, perut, vulva dan ekstremitas.
2)      Palpasi
Cara melakukan Palpasi adalah menurut Leopold :
Leopold I    :  Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa terdapat dalam fundus.
Leopold II   :  Terutama untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana letaknya bagian-bagian kecil.
Leopold III :  Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah, dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Leopold IV :  Untuk menentukan apa yang terjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
3)      Auskultasi
Digunakan stetoskop monoaural atau dapat digunakan doptone untuk mendengarkan denyut jantung bayi (DJJ)
4)      Perkusi
Digunakan dengan refleks hammer untuk menentukan pattells positif atau negatif.
3.      Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan bertujuan sebagai pemeriksaan penunjang untuk lebih memastikan diagnosa apakah terdapat masalah atau tidak pada kehamilan ibu tersebut. Untuk pertama kali dilakukan pemeriksaan urine yaitu menggunakan plano test. Ini dilakukan pada kehamilan di bawah 12 minggu untuk mengetahui apakah ibu benar hamil atau tidak yaitu dengan melihat peningkatan Human Chorfonic Gonadotropin (HCG) dalam urine ibu dan tak kalah penting adalah pemeriksaan proteinuria yang bertujuan untuk mengetahui apakah ibu menderita preeklamsi dalam kehamilannya serta reduksi urine untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit DM. pemeriksaan Hb dilakukan tiap trimester, untuk mengetahui apakah ibu menderita anemia atau tidak (Sarwono, 1999).

2.2.5.     Kebijakan Teknis Antenatal Care
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut, (Muchtar, 1998).
a.       Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b.      Melakukan deteksi dini, komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan yang diperlukan.
c.       Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
d.      Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.

2.2.6.     Tanda-tanda Bahaya Dalam Kehamilan
Menurut Hanifah (1999) tanda-tanda bahaya dalam kehamilan yaitu:
a.       Keluarnya darah dari jalan lahir
Perdarahan pada kehamilan  kurang dari 22 minggu dicurigai adanya kehamilan ektopik dan kehamilan mola hidatidosa.
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu dicurigai adanya placenta previa dan solutio placenta.
b.      Keluar air ketuban sebelum waktunya.
Warna cairan ketuban yang normal adalah jernih keputihan, warna hijau berarti cairan ketuban tercampur mekonium yang menunjukkan bahaya dan janin dalam keadaan asfiksia.
c.       Demam tinggi dan kejang
d.      Nyeri perut hebat
Nyeri perut dapat merupakan gejala penyakit atau komplikasi yang fatal.
e.       Gerakan janin tidak ada atau berkurang dalam sehari semalam dicurigai adanya gawat janin.
f.       Sakit kepala atau kaki bengkak yang tidak segera hilang setelah bangun tidur perlu dicurigai adanya hipertensi pada kehamilan.
g.      Muntah terus dan tidak biasa makan pada kehamilan muda.
h.      Selaput kelopak mata pucat.
Menurut Depkes (2000), tanda-tanda ibu hamil yang sehat :
a.       Cukup tenaga dan semangat
b.      Tidak pusing-pusing atau mengalami perubahan penglihatan
c.       Tidak mual dan muntah-muntah berlebihan
d.      Nafsu makan baik
e.       Tidak merasa panas di saluran kemih ketika buang air kecil
f.       Tidak gatal-gatal pada vagina
g.      Tidak ada duh / cairan vagina yang berbau
h.      Tidak konsultan dalam bernafas
i.        Tidak ada ras nyeri yang berasal dari perut, punggung atau tungkai.
j.        Tidak perdarahan dari vagina
k.      Tidak ada bengkak pada tangan dan kaki.

2.2.7.               Peralatan Yang Diperlukan Untuk Pelayanan Antenatal Care
Menurut Depkes (1998), peralatan yang diperlukan untuk pelayanan antenatal care yaitu:
a.       KMS ibu hamil diberikan guna mencatat perkembangan kehamilan ibu setiap bulan yang hasil perusahaannya dapat dilihat oleh ibu hamil dalam KMS.
b.      Tensimeter dan stetoskop: digunakan untuk mengetahui tekanan arah ibu.
c.       Timbang berat badan: digunakan untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu setiap bulan.
d.      Pita pengukur dalam Cm, digunakan untuk mengukur lingkaran lengan atas ibu hamil.
e.       Pengukur tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan ibu.
f.       Alat pengukur Hb: dapat digunakan untuk mengecek hemoglobin darah ibu sehingga dapat diketahui apakah ibu tersebut mengalami anemia atau tidak.
g.      Mononal/statescope janin: digunakan untuk mengetahui detak jantung janin dalam rahim.
h.      Kartu pencatat hasil pemeriksaan: digunakan sebagai bukti bahwa telah melakukan pemeriksaan ANC.
i.        Tablet zat besi: diberikan untuk mencegah terjadinya kekurangan zat besi pada ibu hamil.
j.        Meteran: digunakan untuk mengukur fundus uteri.
k.      Reflek Hammer: digunakan untuk mengetahui adanya reflek pada tonus otot.
2.2.8.     Pengertian Paritas
Paritas berasal dari kata bahasa artinya keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan kemiripan yang mendekati kesamaan (Ahmad Ramali, 1991). Selain itu paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang wanita (Dorland, 1996).
1.      Klasifikasi
Menurut Manuaba (1999) klasifikasi paritas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a.       Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (matur/prematur) (Rahmad Mahali, 1996), sedangkan menurut Muchtar (1998) primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali.
b.      Multipara
Menurut Manuaba (1998), multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih 5 kali, sedangkan menurut Muchtar (1998) multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali.
c.       Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang melahirkan 5 orang anak hidup atau lebih (Sastra Winata, 1983).
2.      Hubungan Paritas dengan keteraturan kunjungan Antenatal care
Menurut hasil penelitian Sadik (1996) bahwa responden yang mempunyai anak kurang dari 3 pemeriksaan kehamilannya lebih baik dari ibu yang mempunyai anak lebih dari 3 orang. Ibu yang mempunyai anak sedikit masih sangat mengharapkan kehamilannya, sehingga ia akan memeriksakan kehamilannya dengan baik dan mendapatkan anak sehat. Sedangkan menurut penelitian (Kodim. N, 1999), ibu dengan kehamilan paritas 4 atau lebih cenderung memeriksakan kehamilan kurang teratur bila dibandingkan dengan ibu yang memungut paritas kurang dari 4.
Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai dengan keempat, kehamilan pertama dan kehamilan setelah keempat mempunyai resiko yang meningkat. Grande multipara adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan kehamilan kelima atau lebih. Kehamilan pada kelompok wanita ini sering disertai penyulit. Penyulit seperti kelainan letak, perdarahan antepartum, perdarahan post partum dan lain-lain. Di negara kita wanita dengan paritas tinggi masih sering ditemukan dan usaha untuk mengurangi kehamilan pada usia dan paritas tinggi dapat dilakukan dengan usaha prefentif yaitu melalui program keluarga berencana yang telah ada, yang penting adalah bagaimana kita dapat memberikan motivasi agar mereka mempunyai minat untuk berkeluarga kecil (Menurut Djamhoer, 1982). 














No comments:

Post a Comment