ABSTRAK
Kunjungan Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
untuk memeriksakan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, sehingga dapat membagi agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan nifas dengan baik dan selamat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara faktor
paritas dan anemia pada ibu hamil terhadap keteraturan kunjungan Antenatal Care
di Puskesmas Sawah Lebar Kota
Bengkulu. Variabel yang diteliti adalah paritas dan anemia pada ibu hamil yang
melakukan kunjungan Antenatal Care. Indikator dari paritas yaitu primipara dan
multipara dan anemia ibu hamil yang memiliki salah satu gejala klinis anemia
berupa conjungtiva mata pucat, mukosa, bibir pucat, mata berkunang-kunang, badan
lemah, sedang kunjungan Antenatal Care adalah ibu hamil yang melakukan
kunjungan Antenatal Care.
Desain dalam penelitian ini deskriptif analitik, sedangkan sampel
dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling teknik pengumpulan data
menggunakan data primer dan sekunder. Untuk menganalisis data penelitian ini
menggunakan chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara faktor
paritas dan kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tujuan
pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dan tujuan pembangunan
nasional (Depkes RI, 1999).
Keberhasilan
suatu negara dapat dilihat dari indikator angka kematian ibu (AKI), sampai saat
ini AKI di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 334/100.000 kelahiran hidup (SDKI,
1997). Penyebab masih tingginya AKI di Indonesia menurut Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT, 1994) yaitu karena perdarahan (45,2 %), preeklamsi (12,9 %),
infeksi (9,61), abortus (11,1 %), partus lama (6,5 %). Target yang ingin
dicapai 2010 adalah menurunnya AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup (WHO,
2000), hal ini merupakan tantangan dari berbagai pihak dalam upaya menurunkan
AKI di Indonesia.
Tingginya
angka kejadian di atas perlu dapatkan perhatian dari tenaga kesehatan terutama
Propinsi Bengkulu untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan kebidanan pada ibu
hamil, bersalin dan masa nifas.
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan dari
tenaga kesehatan yang professional untuk ibu yang sedang dalam masa kehamilan
yang sesuai dengan standar pelayanan antenatal care (7T) yaitu timbang berat
badan (BB), ukur tekanan darah (TD), ukur tinggi fundus uteri
(TFU), imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap, pemberian tablet zat besi (SF)
dan tes terhadap penyakit menular dan diakhiri dengan temu wicara dalam rangka
persiapan perujukan (Sarwono, 2001). Pelayanan antenatal minimal 4 kali
kunjungan selama hamil, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan
2 kali pada trimester III. Hal ini bertujuan untuk mengawasi dan menilai apakah
tumbuh kembang janin dalam kandungan berlangsung normal dan apakah kehamilan
termasuk beresiko tinggi khususnya seperti anemia, kurang gizi dan hipertensi
serta memberikan pelayanan imunisasi TT. Idealnya ibu hamil mendapatkan
pelayanan antenatal sebanyak 12 sampai 13 kali yaitu: 1 kali pada setiap bulan pada
trimester I dan II, pada umur kehamilan 28 sampai 32 minggu dua kali dalam
sebulan dan 4 kali kunjungan pada umur kehamilan 36 minggu (Warsono, 1999).
Upaya
pemantauan pelayanan antenatal dewasa ini digunakan indikator cakupan layanan
yaitu K1 (kunjungan pertama kali ibu hamil) dan K4 (kunjungan keempat kali ibu
hamil). Guna mendapat pelayanan antenatal dengan standar yang telah ditetapkan.
Target nasional yang harus dicapai K1 adalah 90% dan K4 85%. Menurut Profil
Kesehatan Bengkulu (2005) jumlah cakupan K1 Kota Bengkulu yaitu 723 (48,01%)
dan K4 berjumlah 623 (4,37 %).
Menurut
hasil penelitian Sadik (1996), bahwa responden yang mempunyai anak kurang dari
3 pemeriksaannya lebih baik dari ibu yang mempunyai anak lebih dari 3 orang.
Sedangkan menurut Kodim (1999), ibu dengan kehamilan paritas 4 atau lebih
cenderung memeriksakan kehamilan kurang teratur bila dibandingkan ibu yang
mempunyai paritas kurang dari 3.
Indikator
keberhasilan pembangunan kesehatan khususnya pelayanan kebidanan di suatu
negara dapat dilihat dari rendahnya angka kematian ibu dan perinatal (Depkes RI,
2000). Saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di Indonesia
masih sangat tinggi yaitu AKI 334 orang/100.000 kelahiran hidup, target yang
harus dicapai pada tahun 2010 adalah menurunkan AKI menjadi 125 orang/100.000
kelahiran hidup dan AKB 16 orang/1000
kelahiran hidup (Prawiharjo S. 2002).
Meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan primer dapat dicapai melalui ANC, salah satunya
pelayanan komprehensig asuhan ANC pada ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan untuk mengetahui keadaan ibu dan janin secara berkala. Pemeriksaan
ANC sebaliknya dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan selama kehamilan yaitu
kunjungan pertama (KI) satu kali pada trimester I (sebelum umur kehamilan 14
minggu), kunjungan kedua (KII) 1 kali trimester II (umur 14-28 minggu), dua
kali selama trimester III (antara umur kehamilan 28-36 minggu dan sesudah 36
umur kehamilan) (Saifuddin, 2001).
Berdasarkan
survey awal dari Puskesmas Sawah Lebar, data dari bulan Januari 2006, jumlah
ibu hamilnya sebanyak 60 orang dan jumlah ibu hamil yang terdapat mengalami
Anemia pada K1 sebanyak 23 orang (38,33%), sedangkan bumil anemia pada K4
sebanyak 16 orang (26,66%) dan ibu hamil yang mengalami anemia pada umumnya
paritasnya lebih dari satu kali.
Pemeriksaan
Antenatal care tersedia di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu dan pada setiap
kunjungan Antenatal care di Puskesmas ibu hamil diberikan tablet Fe untuk
mengatasi anemia ibu hamil yang diberikan cukup dan gratis untuk selama
kehamilannya, walaupun demikian hal ini dan hal-hal lain mengenai pentingnya
Antenatal care belum merupakan daya tarik untuk ibu hamil memeriksakan
kehamilannya di puskesmas karena target cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Sawah
Lebar jauh dari yang diharapkan.
Berdasarkan
latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan
paritas ibu hamil dengan keteraturan kunjungan Antenatal care di Puskesmas
Sawah Lebar tahun 2006.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: Apakah ada hubungan
Paritas Ibu Hamil dengan keteraturan kunjungan Antenatal Care di Puskesmas
Sawah Lebar Bengkulu.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk
mempelajari hubungan paritas ibu hamil dengan keteraturan kunjungan antenatal care.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui paritas ibu hamil di Puskesmas
Sawah Lebar Bengkulu.
2. Untuk mengetahui keteraturan kunjungan antenatal
care pada ibu hamil di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.
3. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu
hamil dengan keteraturan kunjungan antenatal care di Puskesmas Sawah Lebar
Bengkulu.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti
1. Dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan terutama masalah ibu hamil sebagai dasar untuk penelitian
selanjutnya.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bacaan ilmiah dan literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan keteraturan kunjungan antenatal care pada ibu hamil.
1.4.2. Manfaat Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan program
pelayanan antenatal care di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Kehamilan
Menurut
Sulaiman, S. (1983) pengertian kehamilan yaitu masa yang dimulai dengan
konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan persalinan (Manuaba, 1998) kehamilan
adalah pertumbuhan dan perkembangan janin mulai sejak konsepsi dan berakhir
sampai permulaan persalinan, Ibrahim (1996) kehamilan adalah suatu keadaan
dimana seorang wanita mengandung suatu sel telur yang telah dibuahi sperma.
2.1.1. Konsep Antenatal Care (ANC)
Menurut
Depkes RI (1993) antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
untuk memeriksakan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, sehingga dapat menjaga agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan
selamat serta melahirkan bayi dengan sehat.
Menurut Depkes RI
(2002) pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) yang
mempunyai tugas untuk memeriksakan kehamilan dan konseling kepada ibu hamil
serta keluarganya agar dapat melalui kehamilan dengan sehat dan selamat.
Standar
pelayanan ANC 7T yaitu meliputi timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur
tinggi fundus uteri, pemberian tablet zat besi, tes penyakit menular seksual,
temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
2.1.2. Tujuan Antenatal Care
Menurut Manuaba (1998) tujuan
antenatal care adalah:
a. Mengenal dan menangani sedini mungkin
penyakit yang terdapat saat kehamilan, saat kehamilan, saat persalinan dan kala
nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang
menyertai hamil, persalinan dan kala nifas.
c. Memberi nasehat dan petunjuk yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga
berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu dan perinatal.
e. Memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
f. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, mental dan sosial ibu dan janin.
2.1.3. Manfaat Pemeriksaan Kehamilan
Adapun manfaat dari
pemeriksaan kehamilan adalah:
a. Mengenali dan menangani penyakit-penyakit
yang dijumpai dalam kehamilan persalinan dan nifas.
b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit
yang mungkin diderita sedini mungkin.
c. Memberi nasehat-nasehat tentang cara
hidup sehari-hari keluarga berencana, kehamilan, persalinan dan laktasi.
2.1.4. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Untuk
jadwal pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
masa kehamilan (Depkes RI 2002).
a. Satu kali pada triwulan pertama (0-14
minggu).
b. Satu kali pada triwulan kedua (14-28
minggu).
c. Dua kali pada triwulan ketiga (antara
minggu ke 28-36 dan sesudah minggu ke 36 ).
Menurut Sarwono P (1999)
adapun kunjungan tersebut yaitu:
a. Pemeriksaan pertama
Sungguh amat ideal bila tiap
wanita mau memeriksakan dirinya ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya
satu bulan. Keuntungan bahwa kelahiran yang mungkin ada atau akan timbul pada
kehamilan tersebut dapat segera diketahui sebelum berpengaruh tidak baik pada/
terhadap kehamilan.
b. Selama trimester I dan II dilakukan satu kali
tiap bulannya.
c. Selama trimester III dilakukan satu kali
setiap bulannya.
d. Dan untuk kehamilan di atas 36 minggu
periksa ulang setiap minggu.
e. Periksa khusus bila terdapat keluhan
tentang kehamilan baik itu selama trimester I, II, ataupun III.
2.1.5. Dampak atau Akibat Ibu Tidak
Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Secara Teratur
Menurut
Sarwono. P (1999) dampak atau akibat ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan
secara teratur adalah :
1. Tidak dapat diketahui kelainan-kelainan
pada ibu dan janin.
2. Tidak dapat diketahui faktor-faktor
resiko yang mungkin terjadi pada ibu.
3. Tidak dapat mendeteksi secara
dini penyakit yang ada pada ibu selama hamil.
2.1.6. Nasehat bagi ibu hamil
Menurut
Manuaba (1998) kepada ibu hamil dapat diberikan nasehat untuk memelihara
kesehatan selama hamil yaitu:
1. Diet Ibu Hamil
Pada
dasarnya dianjurkan makanan empat sehat lima
sempurna, karena kebutuhan akan protein dan bahan makanan tinggi, dianjurkan
tambahan sebuah telur sehari. Nilai gizi dapat ditentukan, dengan bertambahnya
berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kilogram selama hamil. Berat badan yang
bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapat perhatian khusus karena
kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih
dari ½ kg/minggu.
2. Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan
rutin dapat dilaksanakan, bekerjalah sesuai dengan kemampuan dan makin
dikurangi dengan semakin tua kehamilan.
3. Wanita pekerja di luar rumah
Partisipasi
wanita dalam pembangunan makin besar, sehingga banyak wanita karier, kehamilan
bukanlah merupakan halangan untuk berkarya asalkan dikerjakan dengan pengertian
sedang hamil. Wanita karier yang hamil mendapat hak cuti hamil selama tiga
bulan, yang dapat diambil sebulan menjelang kelahiran dan dua bulan setelah
persalinan. Selama hamil perhatian hal-hal yang dapat membahayakan kelangsungan
hamil, dan segera memeriksakan diri.
4. Hubungan seksual
Hamil
bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual
disarankan untuk dihentikan bila :
a. Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran
cairan disertai rasa nyeri atau panas.
b. Terjadi perdarahan saat hubungan seksual
c. Terdapat pengeluaran cairan (air) yang
mendadak.
d. Hentikan hubungan seksual pada mereka
yang sering mengalami gugur kandungan persalinan sebelum waktunya, mengalami
kematian dalam kandungan, sekitar dua minggu menjelang persalingan.
5. Olahraga saat hamil
Pelaksanaan
olahraga saat hamil, merupakan masalah kontroversi dengan pengertian perlu
dipertimbangkan. Olah raga mutlak dikurangi bila dijumpai :
a. Sering mengalami keguguran
b. Persalinan belum cukup bulan
c. Pada mereka yang mempunyai sejarah
persalinan sulit.
d. Pada kasus infertilitas
e. Umur saat hamil relatif tua (primi tua)
f. Hamil dengan perdarahan dan pengeluaran
cairan.
Yang banyak dianjurkan adalah
jalan-jalan waktu pagi hari untuk ketenangan dan mendapatkan udara segar.
6. Pakaian hamil
Pakaian
hamil yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar dan terbuat dari katun
sehingga mempunyai kemampuan menyerap, terutama pakaian dalam. Pakaian dalam
atas (BH) dianjurkan yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga
payudara yang makin berkembang. Pakaian dalam sering diganti untuk menjaga
kebersihan dan menghalangi suasana lembab di sekitar pelipatan.
7. Pemeliharaan payudara
Payudara
yang dipersiapkan untuk dapat memberikan laktasi, perlu perhatian yang seksama.
Dengan pakaian dalam (BH) yang longgar, maka perkembangan payudara tidak
terhalang. Puting susu penting diperhatikan agar tetap bersih. Puting susu
perlu ditarik-tarik sehingga menonjol dan memudahkan untuk memberikan ASI.
Puting susu yang terlalu masuk dikeluarkan dengan jalan operasi atau dengan
pompa susu.
8. Pengawasan gigi
Saat hamil
sering terjadi karies yang berkaitan dengan emesis-hiperemis gravidarum,
hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan
gigi sat hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi
sumber infeksi.
9. Jadwal istirahat dan tidur
Jadwal
istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur
yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
perkembangan dan pertumbuhan janin.
10. Pemberian obat-obatan
Pengobatan
penyakit saat hamil harus selalu memperhatikan apakah obat tersebut tidak
berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin. Pengaruh obat terhadap janin dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Obat yang tergolong tidak boleh diberikan
saat hamil.
b. Obat yang dapat diberikan saat hamil
dengan keamanan terbatas umpamanya aman bila diberikan setelah hamil trimester
kedua.
c. Obat yang aman diberikan, tetapi tidak
ada keterangan tertulis yang lengkap pada perpustakaan.
d. Obat atau bahan kimia yang pemberiannya
saat hamil memerlukan pertimbangan yang seksama.
e. Obat atau bahan kimia yang aman bila
diberikan pada kehamilan, yaitu vitamin khusus untuk ibu hamil.
11. Merokok, minum alkohol dan kecanduan
narkotik.
Ketiga
kebiasaan ini secara langsung dampak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dan menimbulkan kelahiran dengan berat badan rendah bahkan dapat
menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.
12. Keadaan darurat pada kehamilan
Keadaan
darurat saat hamil yang mengharuskan ibu hamil untuk memeriksakan diri adalah :
a. Berkaitan dengan janin
1) Badan panas disertai tanda infeksi
lainnya.
2) Gerak janin terasa berkurang atau
menghilang.
3) Perut terasa semakin kecil
b. Berkaitan dengan keadaan ibu
1) Mual muntah berlebihan
2) Terjadi pengeluaran abnormal = cairan
mendadak, lendir apalagi bercampur darah, pendarahan.
3) Tanda subjektif gestosis = sakit kepala;
pemandangan kabur ; nyeri pada epigastrium / ulu hati ; pembengkakan tangan,
muka, kelopak mata dan kaki ; air seni berkurang.
4) Sakit perut mendadak
5) Terjadi tanda-tanda inpartu = perut sakit
disertai pengeluaran.
13. Imunisasi
Vaksinasi dengan toksoid
tetanus dianjurkan untuk dapat menurunkan angka kematian bayi karena infeksi
tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama hamil
2.2. Konsep Keteraturan dan Kunjungan
2.2.1.
Pengertian Keteraturan
Pengertian
keteraturan adalah kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih
(menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua). Sedangkan kunjungan ANC
adalah frekuensi jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan yang tercatat di
register ANC (Dinkes,
1992).
2.2.2.
Pengertian Kunjungan Antenatal Care
Menurut
Saifudin, kunjungan antenatal care sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
kunjungan selama kehamilan.
a. Kunjungan pertama (KI) satu kali pada
trimester pertama (mulai terlambat haid sampai umur kehamilan 14 minggu).
b. Kunjungan kedua (KII) satu kali pada
trimester kedua (antara minggu ke 14-28).
c. Kunjungan ketiga (KIII) satu kali pada
trimester ketiga (antara minggu ke 28-36).
d. Kunjungan keempat (KIV) satu kali pada
trimester ketiga (36 minggu lahir).
2.2.3.
Jadwal Kunjungan Ulangan
Menurut
Sarwono (2002), jadwal kunjungan ulang ANC adalah :
a. Kunjungan kesatu (KI): mulai terlambat
haid sampai dengan umur kehamilan 14 minggu dilakukan untuk:
- Penapisan dan pengobatan anemia
- Perencanaan persalinan
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan
dan pengobatan.
b. Kunjungan (KII): antara minggu ke 14-28
minggu dilakukan untuk:
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan
dan pengobatannya.
- Penapisan preeklamsi, gameli, infeksi
alat reproduksi dan saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.
c. Kunjungan (KIII): antara minggu ke 28-36
minggu dilakukan untuk:
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan
dan pengobatannya.
- Penapisan preeklamsi, gameli, infeksi
alat reproduksi dan saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.
d. Kunjungan (KIV): 36 minggu sampai lahir
dilakukan untuk:
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan
dan pengobatannya.
- Penapisan preeklamsi, gameli, infeksi
alat reproduksi dan saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.
- Mengenali adanya kelainan letak dan
presentasi
- Memantapkan rencana persalinan
- Mengenal tanda-tanda persalinan.
e. Pelayanan/asuhan standar minimal 7 T
Menurut Sarwono, 2001
pelayanan asuhan standar minimal “7T” terdiri dari:
1. Timbang berat badan, pengukuran tinggi
badan, dan LILA yang dapat dimanfaat untuk menilai status gizi ibu.
2. Ukur tekanan darah
Tekanan darah dikatakan
tinggi bila lebih 140/90 mmHg, bila tekanan darah meningkat yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih dan diastolic 15 mmHg, atau lebih, harus dicurigai adanya
gejala preeklamsi.
3. Ukur fundus uteri
Sesudah kehamilan lebih dari
24 minggu TFU diukur dengan menggunakan meteran kain untuk memperkirakan
pertumbuhan janin.
4. Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT
lengkap jadwal pemberian imunisasi TT :
Jenis
|
Waktu Pemberian
|
Lama
Perlindungan
|
% Perlindungan
|
TT1
|
Pada kunjungan ante natal
|
-
|
-
|
TT2
|
4 minggu setelah TT1
|
3 tahun
|
80%
|
TT3
|
6 bulan setelah TT2
|
5 tahun
|
95%
|
TT4
|
1 tahun setelah TT3
|
10 tahun
|
95%
|
TT5
|
1 tahun setelah TT4
|
25 tahun
|
99%
|
Keterangan :
Artinya apabila dalam waktu 3
tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang akan dilahirkan akan terlindung
dari TN (Tetanus Neonatorum)
5. Pemberian tablet zat besi minimal 90
tablet selama hamil yaitu :
Pemberian vitamin zat besi
dimulai dengan memberi satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang. Tiap tablet Fe mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dari
asam folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet, tablet Fe sebaiknya diminum
sebelum tidur atau tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu
penyerapan.
6. Test terhadap penyakit menular seksual :
dilakukan untuk mewaspadai bila kemungkinan hal itu dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan : berikan pada ibu dan keluarga, ini dilakukan untuk persiapan bila ibu
tersebut perlu mendapat pertolongan oleh petugas kesehatan secara cepat.
2.2.4. Hal-Hal Yang Dilakukan Selama
Pemeriksaan Kehamilan
1. Anamnesa
Menurut
Depkes (2002) anamnesa bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan dan keluhan
yang dirasakan oleh ibu dan sebaiknya dilakukan pada kunjungan pertama.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum ibu dan kesadaran.
2) Pemeriksaan tekanan darah, nadi,
pernafasan suhu dan BB, tinggi badan LILA, Hb.
b. Pemeriksaan khusus obstetric
1) Infeksi
Pemeriksaan secara infeksi
yang perlu dilakukan yaitu muka, leher, dada, perut, vulva dan ekstremitas.
2) Palpasi
Cara melakukan Palpasi adalah
menurut Leopold :
Leopold I : Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian
apa terdapat dalam fundus.
Leopold II : Terutama untuk menentukan dimana letaknya
punggung anak dan dimana letaknya bagian-bagian kecil.
Leopold III : Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah, dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu
atas panggul.
Leopold IV : Untuk menentukan apa yang terjadi bagian bawah
dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
3) Auskultasi
Digunakan stetoskop monoaural
atau dapat digunakan doptone untuk mendengarkan denyut jantung bayi (DJJ)
4) Perkusi
Digunakan dengan refleks hammer
untuk menentukan pattells positif atau negatif.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan bertujuan sebagai pemeriksaan penunjang untuk lebih
memastikan diagnosa apakah terdapat masalah atau tidak pada kehamilan ibu
tersebut. Untuk pertama kali dilakukan pemeriksaan urine yaitu menggunakan plano test. Ini dilakukan
pada kehamilan di bawah 12 minggu untuk mengetahui apakah ibu benar hamil atau
tidak yaitu dengan melihat peningkatan Human Chorfonic Gonadotropin (HCG) dalam
urine ibu dan tak kalah penting adalah pemeriksaan proteinuria yang bertujuan
untuk mengetahui apakah ibu menderita preeklamsi dalam kehamilannya serta
reduksi urine untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit DM. pemeriksaan Hb
dilakukan tiap trimester, untuk mengetahui apakah ibu menderita anemia atau
tidak (Sarwono, 1999).
2.2.5. Kebijakan Teknis Antenatal Care
Penatalaksanaan
ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut, (Muchtar,
1998).
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b. Melakukan deteksi dini, komplikasi,
melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan yang diperlukan.
c. Persiapan persalinan yang bersih dan
aman.
d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini
untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
2.2.6. Tanda-tanda Bahaya Dalam
Kehamilan
Menurut
Hanifah (1999) tanda-tanda bahaya dalam kehamilan yaitu:
a. Keluarnya darah dari jalan lahir
Perdarahan pada kehamilan kurang dari 22 minggu dicurigai adanya
kehamilan ektopik dan kehamilan mola hidatidosa.
Perdarahan pada kehamilan
setelah 22 minggu dicurigai adanya placenta previa dan solutio placenta.
b. Keluar air ketuban sebelum waktunya.
Warna cairan ketuban yang normal
adalah jernih keputihan, warna hijau berarti cairan ketuban tercampur mekonium
yang menunjukkan bahaya dan janin dalam keadaan asfiksia.
c. Demam tinggi dan kejang
d. Nyeri perut hebat
Nyeri perut dapat merupakan
gejala penyakit atau komplikasi yang fatal.
e. Gerakan janin tidak ada atau berkurang
dalam sehari semalam dicurigai adanya gawat janin.
f. Sakit kepala atau kaki bengkak yang tidak
segera hilang setelah bangun tidur perlu dicurigai adanya hipertensi pada
kehamilan.
g. Muntah terus dan tidak biasa makan pada kehamilan
muda.
h. Selaput kelopak mata pucat.
Menurut
Depkes (2000), tanda-tanda ibu hamil yang sehat :
a. Cukup tenaga dan semangat
b. Tidak pusing-pusing atau mengalami
perubahan penglihatan
c. Tidak mual dan muntah-muntah berlebihan
d. Nafsu makan baik
e. Tidak merasa panas di saluran kemih
ketika buang air kecil
f. Tidak gatal-gatal pada vagina
g. Tidak ada duh / cairan vagina yang berbau
h. Tidak konsultan dalam bernafas
i.
Tidak
ada ras nyeri yang berasal dari perut, punggung atau tungkai.
j.
Tidak
perdarahan dari vagina
k. Tidak ada bengkak pada tangan dan kaki.
2.2.7.
Peralatan Yang Diperlukan Untuk Pelayanan Antenatal
Care
Menurut
Depkes (1998), peralatan yang diperlukan untuk pelayanan antenatal care yaitu:
a. KMS ibu hamil diberikan guna mencatat
perkembangan kehamilan ibu setiap bulan yang hasil perusahaannya dapat dilihat
oleh ibu hamil dalam KMS.
b. Tensimeter dan stetoskop: digunakan untuk
mengetahui tekanan arah ibu.
c. Timbang berat badan: digunakan untuk
mengetahui kenaikan berat badan ibu setiap bulan.
d. Pita pengukur dalam Cm, digunakan untuk
mengukur lingkaran lengan atas ibu hamil.
e. Pengukur tinggi badan: untuk mengetahui
tinggi badan ibu.
f. Alat pengukur Hb: dapat digunakan untuk
mengecek hemoglobin darah ibu sehingga dapat diketahui apakah ibu tersebut
mengalami anemia atau tidak.
g. Mononal/statescope janin: digunakan untuk
mengetahui detak jantung janin dalam rahim.
h. Kartu pencatat hasil pemeriksaan:
digunakan sebagai bukti bahwa telah melakukan pemeriksaan ANC.
i.
Tablet
zat besi: diberikan untuk mencegah terjadinya kekurangan zat besi pada ibu
hamil.
j.
Meteran:
digunakan untuk mengukur fundus uteri.
k. Reflek Hammer: digunakan untuk mengetahui
adanya reflek pada tonus otot.
2.2.8. Pengertian Paritas
Paritas
berasal dari kata bahasa artinya keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah
anak yang dilahirkan kemiripan yang mendekati kesamaan (Ahmad Ramali, 1991).
Selain itu paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang wanita
(Dorland, 1996).
1. Klasifikasi
Menurut Manuaba (1999)
klasifikasi paritas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Primipara
Primipara adalah wanita yang
telah melahirkan seorang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar
(matur/prematur) (Rahmad Mahali, 1996), sedangkan menurut Muchtar (1998)
primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama
kali.
b. Multipara
Menurut Manuaba (1998),
multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup beberapa kali dimana
persalinan tersebut tidak lebih 5 kali, sedangkan menurut Muchtar (1998)
multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali.
c. Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita
yang melahirkan 5 orang anak hidup atau lebih (Sastra Winata, 1983).
2. Hubungan Paritas dengan keteraturan
kunjungan Antenatal care
Menurut
hasil penelitian Sadik (1996) bahwa responden yang mempunyai anak kurang dari 3
pemeriksaan kehamilannya lebih baik dari ibu yang mempunyai anak lebih dari 3
orang. Ibu yang mempunyai anak sedikit masih sangat mengharapkan kehamilannya,
sehingga ia akan memeriksakan kehamilannya dengan baik dan mendapatkan anak
sehat. Sedangkan menurut penelitian (Kodim. N, 1999), ibu dengan kehamilan
paritas 4 atau lebih cenderung memeriksakan kehamilan kurang teratur bila
dibandingkan dengan ibu yang memungut paritas kurang dari 4.
Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan
kedua sampai dengan keempat, kehamilan pertama dan kehamilan setelah keempat
mempunyai resiko yang meningkat. Grande multipara adalah istilah yang digunakan
untuk wanita dengan kehamilan kelima atau lebih. Kehamilan pada kelompok wanita
ini sering disertai penyulit. Penyulit seperti kelainan letak, perdarahan
antepartum, perdarahan post partum dan lain-lain. Di negara kita wanita dengan
paritas tinggi masih sering ditemukan dan usaha untuk mengurangi kehamilan pada
usia dan paritas tinggi dapat dilakukan dengan usaha prefentif yaitu melalui program
keluarga berencana yang telah ada, yang penting adalah bagaimana kita dapat
memberikan motivasi agar mereka mempunyai minat untuk berkeluarga kecil
(Menurut Djamhoer, 1982).
No comments:
Post a Comment